Sabtu, 26 Maret 2011

DEMOKRASI DI INDONESIA

      Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman yang paling sederhana tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang.
Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan).
Berbicara mengenai demokrasi adalah membicarakan tentang kekuasaan, atau lebih tepatnya pengelolaan kekuasaan secara beradab. Ia adalah sistem manajemen kekuasaan yang dilandasi oleh nilai-nilai dan etika serta peradaban yang menghargai martabat manusia. Pelaku utama demokrasi adalah kita semua, setiap orang yang selama ini selalu diatasnamakan namun tak pernah ikut menentukan. Menjaga proses demokratisasi adalah memahami secara benar hak-hak yang kita miliki, menjaga hak-hak itu agar siapapun menghormatinya, melawan siapapun yang berusaha melanggar hak-hak itu. Demokrasi pada dasarnya adalah aturan orang, dan di dalam sistem politik yang demokratis warga mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di dalam mengatur pemerintahan di dunia publik. Sedang demokrasi adalah keputusan berdasarkan suara terbanyak. Di Indonesia, pergerakan nasional juga mencita-citakan pembentukan negara demokrasi yang berwatak anti-feodalisme dan anti-imperialisme, dengan tujuan membentuk masyarakat sosialis. Masalah keadilan menjadi penting, dalam arti dia mempunyai hak untuk menentukan sendiri jalan hidupnya, tetapi harus dihormati haknya dan harus diberi peluang dan kemudahan serta pertolongan untuk mencapai itu. 

Contoh : Demokrasi didalam Keluarga
Pembangunan bangsa seharusnya bersumber dan dimulai dari rumah atau di dalam kehidupan keluarga. Karena di rumah pula tumbuh kepedulian, kesadaran dan pengertian dasar tentang totalitas lingkungan secara timbal balik. Kita akan temukan semua itu di rumah, bila rumah dijadikan ajang keterbukaan, membahas segala bentuk permasalahan yang ada dalam keluarga. Dengan kata lain, suasana demokratis harus tercipta sejak dini dalam keluarga
Menurut Prof DR Conny R Semiawan, MPd, Guru Besar Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) dan Guru Besar pada Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, anak manusia akan menempatkan diri dalam tumbuh kembang di mana ia berada melalui pengalaman positif dan pengalaman menyimpang. Berbagai pengalaman itu akan diabsorp (terhisap) dengan sendirinya. Namun untuk itu, ada kebutuhan yang diperlukan yaitu media keluarga.
Pada perkembangannya, dalam interaksi dengan lingkungan keluarga, manusia dituntut menyusun suatu konsep strategis, karena manusia merupakan sumber daya paling esensial bagi bangsa. “Pola asuh orang tua sangat menentukan potensi anak”.
Pola asuh yang umumnya digunakan orang tua adalah otoriter, demokratis dan laisses fair (tidak peduli anak mau jadi apa). Anak yang diasuh orang tua secara otoriter, akan menjadi anak yang egois. Anak yang dibesarkan dalam suasana demokratis, menjadikan anak bisa menghargai orang lain dan memiliki sikap tenggang rasa. Sedang anak yang dibiarkan begitu saja atau laisses fair, membuat anak bersifat fatalistik, mudah menyerah dan tidak memiliki tujuan hidup.
Seiring dengan pergeseran budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, orang tua harus memiliki keterampilan pola asuh yang efektif, sehingga anak tidak terjebak pada budaya kehidupan yang tidak baik. Oleh karena itu, pendidikan demokrasi sangat perlu diterapkan di dalam keluarga agar anak dapat mendiskusikan segala hal pada orangtua.
“Menciptakan disiplin diri pada anak, tidak akan terbangun dalam suasana serba otoriter”.Caranya, orangtua harus memperlakukan anak sebagaimana orang tua ingin diperlakukan. Apabila orang tua hendak menerapkan pendidikan demokratis, maka orang tua perlu mengadakan refleksi apa yang dilakukan dan diperbuat pada anak-anak kita, seperti bagaimana kita ingin diperlakukan. Hal tersebut, diterapkan oleh orang tua kepada anak-anaknya tidak melalui kata-kata, melainkan melalui keteladanan.

Pola demokrasi pada anak
Sekian banyak orang tua merasa kebingungan dan terheran-heran menghadapi perilaku anaknya. Padahal, secara tidak sadar, mungkin orangtualah yang memberikan kontribusi terhadap pembentukan prilaku tersebut kepada anak. Ini terjadi karena biasanya orang tua tidak menyadari atau memahami makna pola asuh yang benar dan tepat bagi anaknya. Padahal, prilaku anak hari ini adalah cermin dari pola asuh yang diterapkan orangtuanya.
“Langkah awal menerapkan pendidikan demokrasi pada anak adalah dengarkan apa yang ingin mereka kemukakan. Kalau anak mulai cerita, usahakan jangan memulai judgement (keputusan). Biar mereka merasa aman bercerita”.Bagi anak yang tidak mudah terbuka, beri mereka waktu, sering tidur di samping anak. Tapi, semua itu tergantung dari kualitas hubungan yang terbina.
Anak boleh berpendapat, tapi tidak boleh lepas dari 4 P: Proud (ada kebanggaan), Pried (punya harga diri), Prestasi (dibidang agama, emosi, akal, sosial dan jasmani) dan Prestise (pengembangan diri sendiri). Dari pembentukan 4 P ini akan lahir energi (kekuatan), bobot, kesadaran sebagai hamba atau khalifah Tuhan dan tidak banyak mengeluh.
Anak yang baik, bisa dilihat dari ciri belajarnya. Yaitu, mudah menghapal pelajaran, mudah mengingat, memiliki perbendaharaan kata yang luas dan banyak, daya konsentrasi baik, berpengetahuan umum luas, senang membaca, mampu mengamati dengan jelas, dapat mengidentifikasi masalah dan mampu merumuskan hipotesa. Sedang orangtua yang efektif adalah memiliki pola asuh tepat ke arah tujuan yang jelas, menghasilkan watak anak siap untuk masa depan, menjalankan peran suami istri yang kokoh dan terjalin komunikasi yang positif. “Meskipun demikian, tolok ukur menilai perilaku anak adalah agama.”
Orang tua harus bisa mengakses sumber-sumber spiritual untuk mengembangkan dirinya. Karena, karakteristik orang yang cerdas secara spiritual adalah dapat merasakan kehadiran dan peranan Tuhan dalam hidupnya. “Bayangkanlah masa kecil kita dahulu. Betapa banyak perilaku kita terilhami oleh orang-orang yang sekarang kita kenal sebagai orang ber SQ (spiritual quention) tinggi. Dan orang-orang itu boleh jadi orang tua kita atau guru kita atau orang-orang kecil di sekitar kita,”

Selasa, 01 Maret 2011

RESEP PRAKTIS


PIZZA MIE MIE

Bahan :
·         Mie Instan rasa apa saja sesuai selera 1 bungkus
·         Telur                                         1 butir
·         Sosis                                         1
·         sayur2an ( bayam)                     sesuai selera
·         Saus sambal
Cara Membuat
  •          Rebus mie sampai matang, boleh juga ½ matang
  •          Tunggu sampai mie benar –benar matang kira –kira 1 menit
  •          Sambil menunggu mie matang, kita bisa menyiapkan telur dan kocok
  •          Campurkan sosis dan sayur2an serta bumbu mie instan pada telur lalu kocok hingga merata
  •          Jika mie sudah terlihat matang dan empuk, angkat mie
  •          Kemudian campurkan mie dengan telur, sosis dan sayur2an yang sudah kita kocok
  •          Pastikan mie merata dengan telur dan bahan2 yang kita campurkan
  •          Setelah itu siapkan wajan dan minyak goreng
  •          Tunggu sampai minyak goreng panas
  •          Jika minyak goreng sudah terlihat panas dan mie sudah merata dengan telur juga bahan2 lainnya, kita bisa mulai menggoreng mie tersebut
  •          Api yang digunakan jangan terlalu besar
  •          Kita goreng kira – kira ½ menit, untuk menghindari gosong 
  •          Kemudian jika mie sudah terlihat matang, kita bisa mengangkatnya
  •          Sajikan pizza mie mie dengan saus sambal agar lebih nikmat